Suami : Antara Orang Tua dan Istri
Sepasang
suami-istri hendaknya berupaya untuk tetap menyambung hubungan dengan orang
tua, saudara-saudara, dan sanak famili mereka yang lain. Mereka pun harus
berupaya menyambung hubungan dengan orang tua, saudara-saudara, dan sanak
famili pasangan mereka; suami dengan kerabat istrinya, dan istri dengan kerabat
suaminya.
Bagaimana
bentuk menyambung silaturahim? Ini kembali kepada ‘urf (kebiasaan) yang diikuti
oleh masyarakat muslim yang terjaga (‘urf islami), karena memang macam
silaturahim, jenis dan kadarnya tidak diterangkan di dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mengaitkannya dengan sesuatu
yang tertentu, misalnya dengan menetapkan silaturahim itu adalah karib kerabat
harus makan bersama, minum bersama, atau tinggal bersama. Bahkan, beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam menetapkan secara mutlak (bebas). Oleh karena
itulah, masalah ini kembali kepada ‘urf. Apa yang berlangsung dalam ‘urf
sebagai menyambung hubungan, berarti itu adalah menyambung silaturahmi. Apa
yang dikenali manusia sebagai qathi’ah/memutus hubungan, itu adalah pemutusan
hubungan. Demikian asalnya, menurut Fadhilatusy Syaikh Ibnu Utsaimin
rahimahullah, dengan ketentuan ‘urf tersebut belum rusak karena ‘urf yang rusak
tidak bisa menjadi patokan. (Syarhu Riyadhis Shalihin, 2/131-132)
Sumber : Wordpress.com
"Tentang problem antara orangtua dengan istri, ini yang prioritas harus diselesaikan; baru kemudian dengan keluarga besar lainnya. Jadikan problem ini sebagai pembelajaran hidup. Anda dapat memandangnya dari perspektif yang positif. Apresiasilah niat baik dan harapan keluarga Anda dalam hal ini. Berhusnudhonlah atau berprasangka baik terhadap apa yang diharapkan mereka. Anggaplah ini sebagai hal positif bahwa orangtua ternyata masih begitu peduli, hal ini adalah niat baik yang besar dan dalam lubuk hati mereka, Pak. Keinginan mereka sebenarnya dilandasi oleh rasa kasih sayang pada istri dan keluarga Anda, namun komunikasi yang tidak lancar menjadi penghambat. Di sisi lain beri perhatian pada kebutuhan istri, dengarlah, dan janganlah karena menuruti keinginan keluarga besar malahan mengorbankan keluarga sendiri, ya Pak. Bersikaplah sebagai pihak yang dapat menengahi antara istri dan keluarga besar. Jadilah suami yang adil dan proporsional dalam bersikap.
Tentu
saja sebagai sebuah keluarga Anda berkewajiban utama membangun keluarga yang
penuh cinta kasih pada istri dan anak-anak, prioritaskan pada ikhtiar ini, Pak.
Kalau untuk mencapai keluarga yang sakinah mawaddah warohmah ini ada hambatan
yang muncul, maka evaluasilah dan selalu introspeksi. Bisa jadi hambatan muncul
karena ada kesalahan pada orangtua atau mungkin istri Anda. Terkait istri,
sebagai imam keluarga maka Anda punya kewajiban untuk mendidik istri dan
membimbing pada pemahaman yang benar. Bimbinglah agar istri mengetahui
kewajibannya setelah menikah, kewajiban pada Anda maupun keluarga besar. Namun
di sisi lain Andapun harus memberi contoh yang baik bahwa Anda juga
memperhatikan kepentingan istri dan memperhatikan keluarga istri. Bukankah
pelajaran yang terbaik adalah melalui keteladanan? Kuatkan mental istri agar
bersabar menerima permasalahan ini dan sertai pula dengan doa agar istri
dibukakan hatinya untuk dekat pada keluarga besar Anda. Ajaklah istri pada
forum pengajian, atau konsultasi dengan ustadz setempat agar istri Anda menjadi
wanita shalihat dan dapat menerima keluarga suami serta siap hidup mendampingi
suaminya dalam suka maupun duka.
Bisa
jadi pemicunya juga berasal dari pihak keluarga besar Anda yang kurang mengerti
kondisi istri; Anda dapat memberi mereka pengertian alasan-alasan yang secara
teknis mempersulit kwantitas kunjungan Anda. Namun saat ini sarana telpon, sms,
chatting, saya kira bisa menjadi penjembatan hubungan dengan keluarga besar
agar tidak terputus. Sesekali sisihkan hadiah-hadiah kecil dengan dikirim
melalui pos jika Anda kesulitan mengantarnya. Katakan bahwa hadiah ini dari
istri Anda, karena berbohong untuk mendamaikan termasuk yang diperbolehkan.
Insya Allah dengan penjelasan yang lembut namun tetap lugas, jujur dan penuh
hormat maka orangtua dan keluarga besar Anda mau mengerti.
Tetap gantungkan harapan pada Allah swt karena Dialah Yang
Maha Pengasih dan Penyayang. Tingkatkan ibadah pada-Nya, latihlah shadaqah
meskipun tak seberapa, semoga menjadi sarana datangnya solusi pada keluarga
Anda. Tetap istiqomah ya, Pak…! Jangan berpikir kalau ada masalah, maka
perceraian selalu menjadi solusi terbaik. Yakinlah: ”inna ma’al ’ushri yusro”,
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan..! amin."
Dikutip Dari Q&A ERAMUSLIM.com
Image sumber : pinterest.compinterest.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar